KILAU AJI SIGAR BUMI I BAGIAN 2
“Begitukah cara seorang
tamu memasuki rumah orang? Tanya orang yang muncul dari sebelah kiri rumah,
dengan tenang ia mendekat kepada Sentanu yang gagal menyalurkan tenaga
cadangannya ke daun pintu, dan yang terjadi pada Sentanu adalah sebaliknya, ia
nampak guugup dan gelisah karena ia sudah terlanjur mengungkap tenaga cadangannya,
dan ia harus mencari tempat penyaluran agar tidak justru menyulitkan dirinya
sendiri, dengan tanpa pikir panjang, setelah melihat seseorang datang
menghampirinya, maka Sentanu membelokkan arah serangan menuju orang yang datang
tersebut.
Namun orang yang diserang
bukanlah anak kemarin sore yang baru mengenal ganasnya dunia olah kanuragan, tetapi
ia adalah senopati pasukan khusus yang ada di tanah Perdikan Menoreh, maka
hanya dengan memiringkan tubuhnya ke sebelah kiri, pukulan Sentanu tidak
berhasil mengenai apapun, bahkan dengan satu gerakan yang kasat mata, orang
tersebut yang bukan lain adalah Ki Rangga Agung Sedayu berhasil menangkap
pergelangan tangan Sentanu dan kemudian dengan gerakan memutar ia berhasil
menangkap dan memperagakan sebuah unsur gerakan kuncian ke tubuh Sentanu, karenanya
bagaikan kerbau yang dicokol hidungnya Sentanu tidak bisa bergerak sedikitpun,
semakin berusaha bergerak semakin sulit keadaannya.
“Bagaimana Ki Sanak? Apakah
kita teruskan permainan ini?” Tanya Ki Rangga. “Persetan dengan pertanyaanmu,
Kau akan dilumat oleh Guruku jika berani menyakitiku” Jawab Sentanu. Mendengar
jawaban tersebut Ki Rangga segera menoleh kepada orang tua yang menurut
pangraitanya dialah yang dianggap guru oleh orang yang sedang berada di
tangannya.
Pada saat itu, sebenarnya
sangatlah mudah bagi Ki Rangga untuk melumpuhkan Sentanu dengan satu kali
sentuhan agar tidak membahayakan selanjutnya, namun bukan menjadi sifat dari
Agung Sedayu untuk menyakiti apalagi membinasakan seseorang yang sudah dalam
keadaan tidak bisa bergerak, maka dilepaskannya Sentanu, karena menilik
apa yang dilakukan Sentanu bahwa ia belum mampu mengendapkan tenaga cadangan
yang tidak jadi tersalurkan, maka Ki Rangga tahu bahwa sentanu belumlah
memiliki bekal yang cukup membahayakan.
Setelah lepas dari tangan Agung
Sedayu, Sentanu bergegas berlari menuju gurunya yang sejak tadi hanya mengawasi
dari jarak beberapa jengkal, dan ternyata gurunya sudah ancang-ancang melakukan
serangan jarak jauh jika Ki Rangga berani menyakiti muridnya, namun karena apa
yang disangkakannya tidak terjadi, maka iapun mengurungkan niatnya, namun ia
tetap waspada karena bagaimanapun ia sudah serba sedikit mendengar perihal
pemilik rumah yang telah berbaik hati menampung seseorang yang sangat diburunya.
Dan menurut pengraitanya yang tajam, ia yakin bahwa orang yang baru saja
melepaskan muridnya adalah pemilik rumah tersebut.
Belum sempat orang yang
disebut guru itu mengucapkan sesuatu kepada Sentanu, Ki Rangga terlebih dahulu
memulai pembicaraan. “Selamat malam, siapakah Ki sanak bertiga, apa yang
menyebabkan kalian datang kemari dan membuat keributan di rumah orang?”. “Kaukah
pemilik rumah ini? Di mana kau sembunyikan setan tua itu?” Jawab orang tua yang
dipanggil guru.
Bersambung….